Sabtu, 15 Desember 2012

Berlalu




Indahnya pagi
Disebuah kota kecil
Angin berbalut embun
Lembut membelai
Wajah yang masih kaku
Dedaunan yang basah
Mentari yang mengintip
Dibalik bukit
Dan pipit kecil
Yang selalu hadir
Berceloteh diatas ranting kering
Kini tak lagi kurasa
Semua begitu cepat berlalu
Kini pagiku
Terasa begitu dingin
Sinar mentari tak mampu
Menghangatkan jiwaku
Embun pun berganti kabut
Menyelimuti hati yang semakin beku
Perlahan kenangan itu pun memudar
Kucoba mengingat kembali
Yang ada hanya bayang samar
Tak ada yang bisa kulakukan
Biarkan saja mengalir

Senin, 03 Desember 2012

Awan kelabu




 Awan kelabu mulai menutupi mentari
angin sejuk membelai wajahku
seraya mengajakku tuk ikut bersama mereka
berkelana mengikutinya
tapi semua tak seperti yang kuharapkan
awan nan kelabu pergi tanpa kata
tak menjatuhkan air walaupun setetes
meninggalkan keceriaan 
yang mulai luntur dibasuh waktu
debu beterbangan bersorak riang
tak seperti ilalang
yang terus melambai lambai
seolah memanggil awan nan kelabu
untuk kembali menemani

Selasa, 20 November 2012

Sunyi




Lembut belaian angin
Membawa tetesan air mengecup bumi
Memercikkan kesejukan diantara ilalang
Yang menari tanpa kenal lelah
Secangkir kopi turut menemaniku
Tak lupa sebatang kretek yang kubeli tadi sore
Setia di sela jari ini hingga akhir hayatnya
Gelapnya langit tertutup awan kelabu
Dinginnya hembusan angin
Menampar jiwaku cukup keras
Sejenak membuatku melupakan kerasnya hidup
Diteras yang tak berhujung ini
Kulantunkan lagu sunyi
Percikan percikan air
Menjerit tak bersuara
Layaknya angin yang selalu datang
Tuk menyapa tubuh ringkih ini
Seraya menyuruhku beranjak ke tempat yang lebih hangat
Tapi tempat itu sudah lama sirna dalam sunyi
Menyisakan kepingan kenangan
Yang menghilang entah kemana

Memory I




Keluarga
Aku pernah mendengar kata itu
Beberapa tahun lalu
Disebuah tempat yang dahulu kusebut rumah
Kini hanya tinggal kepingan - kepingan memory
Yang sulit kusatukan kembali
Hanya tersisa beberapa
Yang lain sudah hilang
Entah dibawa sang waktu
Entah hanyut dalam kesunyian
Tahun demi tahun berlalu
Masih terasa segar dalam ingatan
Membuat luka dalam jiwa
Jika saja bisa
Ingin kubuang kepingan itu jauh
Dan melanjutkan hidup
Tak seharusnya diingat kembali

Memory II




Dinginnya malam ini
Ku terpaku disudut teras tak bertepi
Tatapanku kosong
Mencoba mengingat kembali
Dimana kehangatan keluarga
Tapi yang kudapat hanya bayang samar
Semakin memudar
Seiring berdentingnya jarum waktu
Kuakui aku rindu akan hal itu
Tertawa bercanda bersama
Kini yang tersisa hanya kesunyian
Merasuk dalam jiwa yang kosong
Denting keras sang waktu menyadarkanku
Menarikku dari lamunan panjang tak berhujung
Membawaku entah kemana

Sabtu, 17 November 2012

Sore Dan Hujan






Indahnya langit senja
dibalut rintik rintik hujan alangkah sejuknya
tempiasnya hantarkan dingin dan basah di lengan bajuku. 
aku menyudut dan merapatkan tubuhku 
pada tembok teras yang sebagian catnya sudah mengelupas
kurasakan lembutnya belaian angin
mengamati tiap tetesnya mengecup bumi

hujan selalu sisakan aroma pada rerumputan
 pada tanah dan pada aspal saat berhenti
mengetuk hati kecilku dan mengajak menari 
dalam kenangan dibawah rintik yang kian deras
kulihat bocah bocah berlari dengan riang
penuh tawa dan canda diantara mereka

aku selalu menikmati suasana seperti ini
sendiri dan menyimpannya
agar kelak dapat ku ingat kembali
tapi sayang hujan disini tak pernah lama
hanya basa basihanya untuk membangkitkan gairahku
untuk merangkai  untaian kata
padahal aku ingin lebih lama
ingin larut dalam suasana seperti ini
bersama sebungkus kretek yang setia menemani 

Penghujung Sore




Dipenghujung sore ini
 kembali kopi menemani
aku pun tahu
sore adalah waktu yang singkat
bahkan untuk sebuah kenangan
tapi kan kucoba simpan
walau memori di otakku sudah terlalu banyak
hingga tak dapat kupilah
aku tidak berbicara tentang cinta
ataupun kehidupan
aku hanya meluapkan
apa yang ada di benakku
kuakui
memang sulit mendapatkan inspirasi disini
kenapa
sulit mencari keheningan
ingin ku pergi ke tempat yang sepi
tapi tak ada
semua ramai
semua padat
membatasi gerakku
membatasi tatapanku
terhalang bangunan entah milik siapa

akupun hanya duduk terpaku
menatap langit yang mulai gelap
jalanan yang mulai kosong
dan terdengar sayup sayup suara Adzan
ku sudahi rangkaian kata ini
Selamat Malam